A. ALAT DAN BAHAN
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain : neraca analitik, blender, labu
erlenmeyer, penguap putar vakum, pipet ukur, labu ukur, corong pisah, botol
reagen, kertas saring, seperangkat alat gelas, seperangkat alat kromatografi
lapis tipis, kromatografi kolom, kromatografi gas-spektroskopi massa, refluks,
sokhlet dan lampu ultra violet 254 nm dan 366 nm.
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian herba meniran segar (Phyllanthus
niruri Linn) yang
diperoleh dari Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung, Propinsi Bali. Herba meniran dikeringkan kemudian diblender sampai
berbentuk serbuk. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian terdiri dari
metanol (p.a), asam asetat anhidrida (p.a), H2SO4 pekat, kloroform (p.a), nheksana (p.a), benzena (p.a), KOH 10%, kalsium klorida anhidrat,
HCl 4 M, kalium bromida, silika GF254, silika G60, akuades.
B. METODE KERJA
1. Ekstraksi
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Sokletasi
Seberat 1000 g
serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n –heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan
uji aktivitas antibakteri.
b. Maserasi
Seberat 1000 g
serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak
metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n–heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10
mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
antibakteri.
2. Uji aktivitas antibakteri
Ekstrak n-heksanaa diuji aktivitasnya terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphyloccocus aureus dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a. Diambil sebanyak satu koloni biakan bakteri Eschericia coli dengan menggunkan jarum ose
yang dilakukan secara aseptis.
b. Dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2 mL Mueller-Hinton broth
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
c. Suspensi bakteri homogen yang telah diinkubasi siap dioleskan pada
permukaan media Mueller-Hinton agar, secara merata dengan menggunakan lidi
kapas yang steril.
d. Kemudian ditempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta
pelarutnya (n-heksana) yang digunakan sebagai kontrol.
e. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
f. Dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap bakteri.
g. Untuk biakan bakteri Staphyloccocus aureus dilakukan dengan cara yang sama
seperti biakan bakteri Eschericia coli, namun suhunya berbeda yaitu pada suhu 37ºC
Ekstrak yang
positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dipisahkan mengunakan
kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak kloroform :
metanol (3 : 7). Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom diuji
fitokimia dan uji aktivitas antibakteri. Fraksi yang positif terpenoid dan
paling aktif antibakteri dilanjutkan ke tahap pemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis. Isolat yang relatif murni selanjutnya diidentifikasi
menggunakan kromatogafi gas – spektroskopi massa.
C. HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil ekstraksi
dengan cara sokletasi dan maserasi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana pada kedua cara tersebut positif mengandung senyawa
terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna ungu setelah ekstrak nheksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman
Burchard. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi memberikan daya
hambat yang lebih besar dibandingkan ekstrak n-heksana hasil maserasi. Terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi dipisahkan mengunakan
kromatografi kolom menghasilkan tiga buah fraksi yang dipaparkan pada Tabel 1.
No
|
Fraksi
|
Jumlah Noda
|
Rf
|
Warna Ekstrak
|
1
|
A
|
1
|
0,725
|
Kuning
|
2
|
B
|
2
|
0,690 dan 0,600
|
Kuning muda
|
3
|
C
|
1
|
0,580
|
Kuning muda
|
Hasil uji
fitokimia menunjukkan bahwa fraksi A dan fraksi C positif terpenoid yaitu
memberikan warna merah muda (positif diterpenoid) pada fraksi A dan warna ungu
muda (positif triterpenoid) pada fraksi C setelah direaksikan dengan pereksi
Lieberman-Burchard. Hasil ini dipaparkan pada Tabel 2.
Nama Fraksi
|
Warna larutan sebelum direaksikan dengan pereaksi Liberman-Burchad
|
Warna larutan setelah direaksikan dengan pereaksi Liberman-Burchad
|
Keterangan
|
Fraksi A
|
Kuning
|
Merah muda
|
Positif terpenoid (diterpenoid)
|
Fraksi B
|
Kuning muda
|
Hijau kebiruan
|
Negative terpenoid (steroid)
|
Fraksi C
|
Kuning muda
|
Ungu muda
|
Positif terpenoid(triterpenoid)
|
Fraksi yang
positif terpenoid selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri. Dari hasil
uji aktivitas antibakteri fraksi A memberikan daya hambat yang lebih baik
sehingga fraksi A dilanjutkan ke tahap pemurnian. Hasil pemurnian menunjukkan
noda tunggal. Hal ini dapat dikatakan fraksi A relative murni secara KLT.
Isolat yang relatif murni diidentifikasi menggunakan kromatografi gas –
spektroskopi massa. Kromatogram gas fraksi n-heksana positif terpenoid dan aktif
antibakteri yang menunjukkan terdapatnya dua buah puncak dengan waktu retensi
berturut-turut : 25,74 dan 21,93 menit. Berdasarkan data di atas senyawa
tersebut mengandung dua buah senyawa.
Setelah
difragmentasi, struktur phytadiene mengikuti pola fragmentasi
senyawa pada puncak I, dengan demikian senyawa pada puncak I diduga sebagai
senyawa phytadieneberdasarkan data Spektroskopi
Massa, pola fragmentasi dan hubungan antara senyawa puncak I dengan phytol, phytadiene dan dodekane.
Berdasarkan data
hasil penelusuran internet, terdapat struktur senyawa yang memiliki berat
molekul m/z 336 dengan gugus dan pola fragmentasi yang memenuhi gugus dan pola
fragmentasi senyawa pada puncak II, senyawa tersebut adalah
1,2-seco-cladiellan. Berdasarkan data di atas ditarik suatu kesimpulan yaitu
senyawa puncak II diduga sebagai senyawa 1,2–seco–cladiellan,
karena struktur senyawa ini memenuhi pola fragmentasi senyawa puncak II.
D.
KESIMPULAN
Penelitian Isolasi Dan Identifikasi
Senyawa Terpenoid Yang Aktif Antibakteri Pada Herba Meniran (Phyllanthus
niruri Linn) dengan perlakuan awal ekstraksi, kemudian dipisahkan dengan
kromatografi kolom, dimurnikan dengan kromatografi lapis tipis dan selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas –
spektroskopi massa disimpulkan bahwa Herba meniran (Phyllanthus
niruri Linn)mengandung dua senyawa
terpenoid yang diduga jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan.
dari uraian diatas, didapat permasalahan yaitu,
BalasHapusmengapa pada hasil uji aktivitas anti bakteri dengan sokletasi memberikan daya hambat yang besar dari pada menggunakan teknik maserasi ?
dan kenapa ekstrak n-heksana hasil sokletasi perlu kita kromatografi kolom lagi ?
dan mengapa setelah didapat 3 fraksi, hanya yang mempunyai daya hambat besar saja yang dilanjutkan ke tahap pemurnian,, bagaimana jika yang mengandung triterpenoid yang dimurnikan ?
mohon penjelasannya
Saya akan coba menjelaskan berdasarkan pengetahuan saya, ,,
BalasHapusDengan sokletasi daya hambatnya lebih besar daripada dengan maserasi, hal ini dikarenakan adanya perbedaan prinsip kerja dari kedua metode ini. Metode sokletasi dapat mengekstrak sampel dengan sangat sempurna, sedangkan maserasi tidak dapat mengekstrak sampel dengan sempurna.
Ekstrak n-heksana perlu dikromatografi kolom karena untuk mendapatkan fraksi-fraksi yang lebih murni.
Untuk tahap pemurnian hanya digunakan fraksi yang memiliki daya hambat yang besar karena, fraksi yang memiliki daya hanbat yang besar memiliki kemampuan yang lebih besar pula untuk melawan bakteri. Dengan kata lain, daya hambat yang besar menunjukan kemampuan antibakteri yang besar pula.
Semoga membantu...
Saya akan mencoba untuk menjawab, menurut saya ketika melakukan ekstraksi, metode sokletasi lebih sempurna melakukan ekstraksi jika dibandingkan dengan metode maserasi. Dan ketika ekstrak n-heksan perlu dilakukan kromatografi kolom adalah untuk mendapatkan hasil fraksi yang lebih murni. Dan mengapa fraksi yang mempunyai daya hambat besar yang digunakan karena fraksi yang memiliki kemampuan yang lebih besar untuk melawan bakteri dengan kata lain fraksi tersebut lebih aktif antibakteri.
BalasHapus