Pendahuluan
Dandang
gendis (Clinacanthus nutans) merupakan tanaman obat yang terkenal di
Thailand (dikenal sebagai phaya yaw di Thailand) dan digunakan untuk mengobati
berbagai gejala penyakit seperti infeksi herpes. Ekstrak etanolnya dapat
melawan hemolisis terinduksi radikal bebas (sebagai antioksidan)(Pannangpetch et
al. 2007). Ekstrak etanol daunnya dengan dosis tertinggi (1.3 g/kg)
yang diberikan secara oral terhadap tikus tidak menunjukkan tanda-tanda
toksisitas akut (Chavalittumrong et al 1995). Selain
itu, ekstrak daunnya dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan anti
inflamasi, aktivitas antivirus terhadap virus varicella-zoster, dan herpes
simplex virus type-2 (Sakdarat et al. 2006). Penelitian efek
fisiologis terhadap dandang gendis menunjukan bahwa ekstrak air daun dandang
gendis dapat menurunkan gula darah hewan coba dengan menggunakan metode
toleransi glukosa dengan keaktifan sebesar 64.77% dibandingkan tolbutamid
(Nurulita et al. 2008). Investigasi fitokimia dan kimia yang
dilakukan terhadap dandang gendis mengindikasikan terdapat stigmasterol,
lupeol, β-sitosterol, dan belutin. Enam senyawa C-glikosil flavon,
viteksin, isoviteksin, shaftosida, isomolupentin-7-Oβ-glukopiranosida, orientin,
isoorientin, lima senyawa glikosida mengandung sulfur, dua glikogliserolipid,
suatu campuran dari 9 serebrosida, dan suatu monoasilmonogalatosilgliserol
telah diisolasi dari dandang gendis (Sakdarat et al. 2006).
Flavonoid
berlimpah dalam sel fotosintesis sehingga banyak tersebar dalam tanaman. Pada
daun senyawa ini dipercaya dapat meningkatkan ketahanan fisiologis tanaman
misalnya ketahanan terhadap kapang patogen dan radiasi UV-B. Struktur dasar
dari senyawa flavonoid adalah 2-fenil-benzo[α[piran atau inti flavan yang
terdiri atas dua cincin benzena dan terhubung melalui cincin piran
heterosiklik. Flavonoid dapat diklasifikasikan berdasarkan asal biosintesisnya.
Beberapa kelas seperti kalkon, flavanon, flavan-3-ol, dan flavan-3,4-diol, semuanya
merupakan produk biosintesis yang terakumulasi dalam jaringan tumbuhan. Kelas
lain yang hanya dikenal sebagai produk akhir dari biosintesis misalnya
antosianidin, proantosianidin, flavon, dan flavonol. Dua kelas tambahan dari
flavonoid yaitu isoflavon dan isoflavonoid terkait diperoleh dari isomerisasi
rantai samping 2-fenil dari flavanon ke posisi 3. Neoflavonoid dibentuk melalui
isomerisasi dari posisi 4. Flavonoid memiliki banyak kegunaan seperti aktivitas
anti inflamasi, aktivitas oestrogenik, inhibisi enzim, aktivitas anti mikroba,
anti alergi, anti oksidan, aktivitas vaskular, dan aktivitas sitotoksik anti
tumor (Chusnie et al. 2005). Pengaturan sintesis enzim yang
mengontrol biosintesis flavonoid dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan
seperti cahaya, patogen, dan bakteri simbiotik (Mahajan et al. 2011).
Struktur
dasar dari flavonoid adalah sebagai berikut.
Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan di antaranya corong pisah, gelas piala, seperangkat alat refluks,
mantel pemanas,hot plate, penguap putar dan labu erlenmeyer. Adapun
bahan yang digunakan di antaranya ekstrak etanol daun dandang gendis, etanol,
n-heksana, HCl 2 N, dan etil asetat.
Prosedur
Kerja
Isolasi
senyawa flavonoid daun dandang gendis
Mula-mula
ekstrak etanol daun dandang gedis yang telah tersedia dimasukan ke dalam corong
pisah hingga sepertiga volumenya. Kemudian etanol ditambahkan ke dalam corong
pisah hingga setengah volumenya. Setelah itu sebanyak 50 mL n-heksana
dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian, ekstrak etanol daun dandang gendis
tersebut diekstraksi dengan n-heksana. Ekstraksi dengan n-heksana ini dilakukan
triplo. Lapisan n-heksana kemudian dipisahkan dari ekstrak etanol. Setelah itu,
ekstrak etanol direfluks dengan 100 mL HCl 2N pada suhu 100 °C selama 60
menit. Ekstrak daun yang terhidrolisis kemudian didinginkan dan dipindahkan ke
dalam corong pisah. Setelah itu, sebanyak 50 mL etil asetat ditambahkan ke
dalam corong pisah lalu diekstraksi sebanyak 3 kali. Fraksi etil asetatnya
kemudian dipisahkan dan dipkatkan hingga cukup pekat.
Hasil dan
Pembahasan
Flavonoid
merupakan senyawa fenol sehingga dapat larut dalam air. Senyawa golongan ini
dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah
ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi atau pelarut non polar lain seperti
n-heksana (Harborne 2006). Etanol lebih digunakan untuk mengekstraksi daun
dandang gendis dibandingkan kloroform terkait dengan kepolarannya dan tingkat
bahayanya (kloroform bersifat karsinogen). Etanol 70% lebih bersifat polar
dibandingkan kloroform untuk mengekstak dan mengisolasi senyawa flavonoid yang
juga bersifat polar dengan sejumlah gugus hidroksil, baik yang terikat maupun
yang tidak terikat gula (Markham 1988). Selain itu, aktivitas antioksidan
tanaman obat dalam etanol 70% lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa pelarut
lainnya (Macari et al 2006). Seharusnya maserasi dilakukan
berulang kali hingga filtrat tidak berwarna hijau lagi sehingga dapat dianggap
semua senyawa berbobot molekul rendah telah terekstraksi (Harborne 2006).
Setelah
maserasi dilakukan, ektrak etanol daun dandang gendis kemudian dipartisi
cair-cair dengan n-heksana untuk menghilangkan lipid seperti yang dinyatakan
sebelumnya bahwa daun dandang gendis mengandung β-sitosterol dan
stigmasterol yang termasuk steroid. Setelah partisi cair-cair ini
dilakukan ektrak etanol kemudian dihidrolisis asam selama 60 menit.
Hidrolisis asam ini bertujuan memecah flavonoid ke dalam bentuk aglikonnya dan
memutus gula dari aglikon flavonoid. Aglikon umumnya memiliki daya antioksidan
dan penangkap radikal lebih tingi daripada glikosida flavonoid karena pada
glikosida flavonoid gugus hidroksil fenolik yang merupakan gugus aktif
antioksidan ataupun penangkap radikal telah mengikat gugus gula
(Cholisoh&Utami 2008). Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat
pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin saja
terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida
(Harborne 2006). Hasil hidrolisis kemudian dipartisi dengan etil asetat untuk
memisahkan aglikon flavonoid dari gulanya sehingga aglikon flavonoid akan
berada dalam fraksi etil asetat, sedangkan gulanya akan berada dalam fraksi air
(Markham 1988).
permasalahan :
BalasHapusdari isolasi dandang gendis ini, dibutuhkan hidrolisis asam selama 60 menit yang bertujuan untuk memecah flavonoid kedalam bentuk aglikonnya dan memutus gula dari aglikonnya sehingga nanti aglikon flavonoid akan berada dalam fraksi etil asetat, menurut anda mengapa aglikon ini perlu kita pisahkan dari gulanya kemudian diekstraksi dengan etil asetat ? apa tujuannya ?
pertanyaan kedua :
apakah isolasi pada tanaman lain yang tentunya akan mengandung flavonoid yang berbeda dari tanaman ini tetap menggunakan metode isolasi yang sama ? jelaskan
Secara fisis, flavonoid bersifat stabil. Namun, secara kimiawi ada 2 jenis flavonoid yang kurang stabil, yaitu:
Hapus1. Flavonoid O-glikosida; dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan eter (R-O-R). Flavonoid jenis ini mudah terhidrolisis.
2. Flavonoid C-glikosida; dimana glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan C-C. Flavonoid jenis ini sukar terhidrolisis, tapi mudah berubah menjadi isomernya. Misalnya viteksin, dimana gulanya mudah berpindah ke posisi 8. Perlu diketahui, kebanyakan gula terikat pada posisi 5 dan 8, jarang terikat pada cincin B atau C karena kedua cincin tersebut berasal dari jalur sintesis tersendiri, yaitu jalur sinamat.
Hal ini dilakukan karena Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan akan melarutkan golongannya sendiri, maka umumnya flavonoid larut cukupan dalam 11 pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain. Sehingga dengan menghidrolisis flavonoid menjadi aglikon, Flavonoid mudah diekstraksi dengan ester untuk mendapatkan hasil isolasi.
saya akan coba menjawab pertanyaan pertama, mengapa aglikon ini perlu dipisahkan dari gulanya kemudian diekstraksi dg etilasetat karna Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan akan melarutkan golongannya sendiri, maka umumnya flavonoid larut cukupan dalam 11 pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain. Sehingga dengan menghidrolisis flavonoid menjadi aglikon, Flavonoid mudah diekstraksi dengan ester untuk mendapatkan hasil isolasi.demikian
Hapus