UJIAN AKHIR SEMESTER KIMIA BAHAN ALAM
DOSEN PENGAMPU : Dr. SYAMSYRIZAL, M.Si
NAMA : VIVIE ARIESTA RIANTI
NIM : A1C111031
WAKTU : 17-31 DESEMBER 2013
1.
Temukan
dua senyawa alkaloid yang berisomer satu sama lain. Tuliskan struktur lengkap
dan sumber referensi darimana kedua senyawa tersebut ditemukan .
Jawab:
Senyawa alkaloid yang saling
berisomer satu sama lain adalah teobromin dan teofilin. Kedua senyawa ini
termasuk golongan purin. Teobromina atau xanteosa adalah zat kimia
dari kelompok alkaloid. Teobromin ada di tumbuhan kakao. Secara kimiawi,
teobromin amat mirip dengan kafein. Karena kakao digunakan untuk membuat cokelat,
senyawa ini juga ada pada coklat. Meski
bernama teobromina, tidak ada bromin yang
terkandung di dalamnya — teobromina berasal dari Theobroma, nama genus dari pohon kakao, (yang berasal dari bahasa Yunani theo ("Dewa") dan brosi ("makanan"),
artinya "makanan para dewa") dengan
akhiran -ina yang diberikan pada alkaloid dan
senyawa basa lain yang mengandung nitrogen.
Teobromina adalah bubuk yang tak larut dalam air, berbentuk
kristal, dan pahit. Warnanya bisa disebut putih ataupun tak berwarna. Teobromina
memiliki efek yang serupa dengan kafein meskipun efeknya lebih kecil,
membuatnya menjadi homolog.
Teobromina adalah isomer teofilina sebagaimana paraxantina. Teobromina dikategorikan sebagai dimetil xantina, yang
artinya senyawa ini masuk dalam golonganpurin
yaitu xantina dengan 2 gugus metil. Teobromina pertama kali diisolasi dari bibit
pohon kakao pada tahun 1878 dan segera setelah itu disintesis dari xantina oleh Hermann Emil Fischer. Berikut struktur dari teobromin :
Teofilin merupakan obat asma yang sering digunakan baik
secara sendirimaupun kombinasi. Teofilin merupakan alkaloid xantin yang
termetilasi. Teofilin merupakan
serbuk hablur putih tidak berbau pahit mantap diudara, larut dalam ± 120
bagian etanol (95%) mudah larut dalam larutan alkalin hidroksida dan dalam ammonium encer . Berikut stuktur dari teofilin :
2. a) Usulkan teknik isolasi dan pemurnian
kedua senyawa yang berisomer tersebut. b) Jelaskan alasan dan pemilihan pelarut
untuk ekstraksi, pemunian atau isolasi tersebut.
Jawab :
a. Teknik
Isolasi dan Pemurnian Teobromin
a.
Siapkan campuran bubuk coklat (10 g), MgO (3 g) dalam air (20 mL) dan
metanol (10 mL) dalam round flask (labu dengan bagian bawah berbentuk bulat)
250 mL.
b.
Aduk campuran dengan batang pengaduk dan panaskan dalam heating mantle
hinggakering. Biasanya memakan waktu 1 jam.
c.
Setelah kering tambahkan 170 mL metilena klorida dan panaskan di bawah
reflux selama30 menit.
d.
Saring menggunakan corong pemisah Buchner.
e.
Keringkan larutan hasil pemisahan.
f.
Gerus hasil pengeringan dan masukkan dalam round flask, tambahkan 170 mL
metilenaklorida dan panaskan selama 30 menit.
g.
Saring lagi menggunakan corong pemisah Buchner.
h.
Keringkan kembali dengan MgSO4
i.
Saring melalui corong yang diberi plug kapas untuk menyaring MgSO4
j.
Pindahkan fraksi hasil ke dalam round flask lain yang bersih dan kering
(round flask 100mL) dan pekatkan hingga 10 mL
k.
Pindahkan ke dalam beaker dan cuci secara hati-hati dengan kloroform,
dan masukkan juga ke dalam beaker.
l.
Tambahkan 45 mL eter dan biarkan terjadi proses kristalisasi untuk
memperoleh kristalmikro. Kemudian cuci pada corong Buchner 5 kali dengan 10 mL
eter.
m.
Hasilnya diperoleh 0.15 g teobromin.
n.
KLT
1.
Menggunakan fase diam SiO2 dan fase gerak kloroform :
methanol (9:1)
2.
Noda teobromin visible pada sinar UV, tandai dengan pensil.
3.
Rendam plat KLT dalam reagen yang terdiri dari I2 (1 g)
KI (2 g) dalam EtOH
(100mL).
4.
Setelah pengeringan, gunakan tang rendam plat dalam campuran HCl 25% danEtOH (1:1).
5.
Noda teobromin akan berubah menjadi kebiruan.
Teknik
Isolasi dan Pemurnian Teofilin
Analisis Kuantitatif Teofilin dengan Metode SDUV
Larutan stok
standar teofilin 100 ppm disiapkan dengan melarutkan 0.01 g teofilin dalam
metanol, diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit, disaring, dan
ditepatkan volumenya dengan metanol di dalam labu takar 100 mL, kemudian
diencerkan sehingga konsentrasi larutan standar menjadi 5, 10, 15, 20, 25, dan
30 ppm dalam labu takar 10 mL.
Larutan stok
contoh yang setara dengan konsentrasi teofilin sebesar 100 ppm disiapkan dengan
melarutkan sejumlah tertentu contoh (yang telah digerus) dalam metanol,
selanjutnya dilakukan pengadukan selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan
volumenya dengan metanol dalam labu takar 50 mL, kemudian larutan contoh
diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 25 ppm dalam labu takar 10 mL.
Setelah itu, dibuat spektrum absorbans standar dan contoh menggunakan
spektrofotometer UV dengan kecepatan penyapuan 100, 200, 400, 800, dan 1200
nm/menit. Spektrum standar dan contoh dengan konsentrasi yang sama dioverlay
dan diolah dengan UV-solutions untuk memperoleh kondisi optimum
pengukuran. Parameter yang ditetapkan antara lain orde turunan, orde
penghalusan, dan jumlah jendela. Analisis kadar teofilin di dalam contoh dan
validasi metode SDUV dilakukan berdasarkan kondisi optimum yang telah
ditetapkan.
Analisis Kuantitatif Teofilin dengan Metode KCKT
Metode
referensi untuk kuantifikasi teofilin adalah KCKT dengan detektor UV pada λ 280
nm, kolom C8,
laju alir 1.0 mL/menit, dan volume injeksi 10 μL (modifikasi USP 2003).
Modifikasi dilakukan dalam hal kolom, kolom C18 diganti dengan C8 karena
C18 tidak
tersedia di laboratorium.
Preparasi
fase gerak
Larutan
penyangga dibuat dengan melarutkan natrium asetat sebanyak 1.36 g dalam 100 mL
air bebas ion di dalam labu takar 1000 mL, kemudian dikocok sampai larut
sempurna, lalu ditambah 5 mL asam asetat glasial dan diencerkan dengan air
bebas ion sampai tanda tera.
Asetonitril
sebanyak 70 mL dalam labu takar 1000 mL diencerkan dengan larutan penyangga
sampai tanda tera dan digunakan sebagai fase gerak.
Preparasi
contoh dan larutan standar
Larutan stok
standar teofilin 2000 ppm dibuat dengan melarutkan 0.2 g standar dalam fase
gerak dalam labu takar 100 mL kemudian diencerkan hingga konsentrasi standar
500, 1000, dan 1500 ppm. Contoh dilarutkan dalam fase gerak hingga
konsentrasinya 800 ppm dalam labu takar 100 mL, kemudian dianalisis dengan menggunakan
KCKT.
b. Alasan Pemilihan Pelarut dalam Teknik Isolasi Teobromin
dan Teofilin
Pada Isolasi teobromin
maupun teofilin yang saya dapatkan dari berbagai sumber yaitu isolasinya
sama-sama menggunakan pelarut methanol. Menurut saya alasan dipakainya methanol
adalah karena teobromin dan teofilin yan gmerupakan golongan purin adalah
termasuk senyawa yang non polar, sehingga memang diperlukan pelarut yang non
polar dan kriterianya juga harus sama agar mampu mengektraksi senyawa tersebut
dan memisahkannya dari zat-zat lain yang juga ikut terkandung dalam bahan alam
yang dianalisis.
3. Usulkan tahap-tahap biosintesis kedua senyawa
tersebut dengan reaksi-reaksi kimia organik. Jelaskan dasar referensinya.
Pada
dasarnya jalur biosintesis terdiri dari empat proses yang terdiri dari tiga
proses metilasi dan satu proses reaksi nukleosid. Kerangka dari senyawa xantin
diturunkan dari nukleosid purin. Proses awal dari biosintesis kafein adalah
proses metilasi dari Xanthosine oleh
SAM yang tergantung pada enzim N-metiltransferase. Jalur umum dalam biosintesis
kafein adalah 7-methylxantosine →
7-metilxantin → teobromin → kafein. Jalur biosintesis pada dasarnya ini sama
dengan bentuk alkaloid purin lainnya, seperti pada mate (Ilex paraguarisensis) dan kakao (Theobroma cacao).
Biosintesis dari teobromin dilakukan
dengan tiga cara, antara lain :
a) AMP → IMP → XMP → xanthosine
→ 7-methylxanthosine → 7-metilsantin → teobromin.
b) GMP → guanosin → xanthosine →
7-methylxanthosine → 7-metilsantin → teobromin.
c) Santin → 3-metilsantin → teobromin
Biosintesis dari teofilin
4. Tentukan bagaimana cara mengelusidasi
struktur lengkap kedua senyawa tersebut.
Elusidasi struktur molekul organik dapat
dilakukan dengan menggunakan metode spektroskopi dengan instrumen yang
digunakan yaitu: spektrofotometer ultraviolet (UV) ,infrared (IR), Massa (MS), Nuclear Magnethic
Resonance ( 13C-NMR, 1HNMR),Distortionless Enhancement by Polarization Transfer
(DEPT), 1H-13C Heteronuclear Multiple Quantum Coherence (HMQC), 1H-1H
Homonuclear Correlated Spectroscopy (COSY) dan 1H-13C Heteronuclear
Multiple Bond 20 Connectivity (HMBC).
Pada kedua senyawa ini dapat di elusidasi
menggunakan metode Spektrofotometri Derivat UltraViolet (SDUV) dan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode SDUV dapat digunakan untuk menganalisis
kadar dari teofilin didalam contoh sampel farmasi dengan tingkat sensitivitas
dan ketelitian yang baik, namun dari segi keakuratan dari metode SDUV
sebenarnya kurang memuaskan. Sama halnya dengan metode SDUV, teknik KCKT fase
terbalik dengan kolom C8 dan fase gerak asetonitril serta larutan penyangga
cocok digunakan untuk analisis senyawa teofilin yagn sifatnya polar. Kondisi KCKT
yang digunakan sudah sesuai namun kolom yang seharusnya C18 diganti dengan C8. Kolom
C18 dan C8 ini sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya C18 ini lebih bersifat non
polar dibandingkan dengan C8. Waktu retensi teofilin (waktu yang diperlukan
teofilin untuk tinggal di dalam kolom dalam proses pemisahan senyawa) yatu ± 9
menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar