UJIAN MID SEMESTER KIMIA BAHAN ALAM
Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Bahan Alam: Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU UJIAN: 3-10 Desember 2013
PETUNJUK : Ujian ini open book. Tapi tidak diizinkan mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban anda diposting di bolg masing-masing.
NAMA : VIVIE ARIESTA RIANTI
NIM : A1C111031
1. Cari
diartikel tentang teknik identifikasi dari suatu senyawa terpenoid . Mengapa dengan
reagen tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti
flavonoid, alkaloid ataufenolik lain? Sebutkan nama artikel, alamat web, dasar artikel
2. Dengan
cara yang sama cari teknik isolasi tentang senyawa terpenoid, jelaskan dasar ilmiah
penggunaan pelarut dan tehnik-tehnik isolasi dan purifikasi. Misalnya dengan pelarut
etanol dilakukan kromatografi.
3. Pelajari
cara biosintesis suatu terpenoid. Identifikasilah sekurang-kurangnya lima jenis
reaksi organik yang terkait dengan biosintesis tersebut dan jelaskan reaksinya?
4. Salah
satu bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormon laki-laki dan perempuan,
jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormon baik pada
testosterone dan estrogen. Misalnya pada hormone testosterone itu apa yang
paling aktif.
Jawaban
1. Artikel
tentang identifikasi dari suatu senyawa terpenoid
Ekstraksi
senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui
sokletasi dan maserasi. Sokletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi pada
serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan
lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan
lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri. Teknik maserasi menggunakan
pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100
mL HCl 4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana.
Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH
10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
bakteri. Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan
menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Meller-Hinton broth kemudian
diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C.suspensi baketri
homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Mueller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta
pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji
fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard.
Pereaksi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan
asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk
membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil
didalam kloroform. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa
ini paling larut baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah
tidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air
maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi
berjalan dan turunan asetil tidak akan terbentuk.
Mengapa
dengan reagen tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti
flavonoid, alkaloid atau fenolik lain?
Alasan
: Reagen ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu
kolesterol. Biasanya reagen Lieberman Burchard digunakan dengan cara
menyemprotkan larutannya pada kolesterol yang sudah di-kromatografi-kan (TLC).
Apabila mengandung Triterpenoid, maka akan memberikan warna merah sedangkan
apabila mengandung steroid, akan
memberikan warna biru dan hijau. Reagen Lieberman Burchard dibuat dari Asam
sulfat pekat (10 mL) dan Anhidrida Asetat (10 mL). Metanol dan Etanol dapat
digunakan untuk melarutkan sampel yang akan diidentifikasi. Berikut adalah
contoh senyawa yang dites dengan reagen ini:
Pembuatan
reagen Liebermann Buchard dari referensi yang saya baca yaitu ada beberapa
tahap :
· Pertama: yang namanya
pereaksi Liberman Burchard itu harus dengan asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat. Kalau dengan pereaksi lain itu namanya bukan reaksi Lieberman
Burchard. Kalau digunakan asetil klorida berarti bukan lagi pereaksi LB.
· Kedua: Jika mengunakan
pereaksi ini, yang terukur bukan kolesterol saja akan tetapi steroid secara
keseluruhan atau termasuk juga triterpen jika terdapat golongan senyawa ini
dalam sampel. Reaksi pereaksi LB dengan steroid akan membentuk warna hijau,
sedangkan triterpen akan membentuk warna biru yang didahului dengan
terbentuknya warna lembayung.
· Ketiga: Alasan digunakannya
asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform. Alasan
penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut baik
didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul
air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat
akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil
tidak akan terbentuk. Penambahan sedikit asam asetat glasial sebelum penambahan
asam sulfat pekat akan memperjelas pembentukan warna hijau, artinya reaksi
menjadi lebih sensitif dan kadar steroid yang dapat diukurpun menjadi lebih
kecil.
· Keempat: pengukuran dengan
UV dapat dilakukan pada panjang gelombang 640 nm (serapan maksimum)
Jadi
menurut saya, kenapa hanya bisa digunakan reagen LB ini pada terpenoid dan
tidak bisa pada golongan senyawa lain adalah karena adalah seperti dari artikel
yang saya paparkan diatas asam asetat yang digunakan adalah untuk membentuk
turunan asetil didalam kloroform. Kloroform adalah karena golongan senyawa ini
paling larut baik didalam pelarut ini atau yang tidak mengandung molekul air. Dan dengan pereaksi
ini maka gugus-gugus yang merupakan golongan terpenoid dapat diidentifikasi
sedangkan golongan lain seperti alkaloid , flavonoid, atau fenolik tidak akan
terindentifikasi, karena pada pereaksi ini hanya dikhususkan pada uji kolestrol
saja dapat dilihat dari fungsi asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat yang
nantinya akan membentuk turunan asetil seperti yang jelaskan sebelumnya.
2. Artikel
tentang isolasi terpenoid :
Isolasi
dan Identifikasi Senyawa Terpenoid yang aktif Antibakteri pada Herba Meniran
(Phyllanthus niruri Linn)
A. ALAT
DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : neraca analitik, blender, labu erlenmeyer, penguap
putar vakum, pipet ukur, labu ukur, corong pisah, botol reagen, kertas saring,
seperangkat alat gelas, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, kromatografi
kolom, kromatografi gas-spektroskopi massa, refluks, sokhlet dan lampu ultra
violet 254 nm dan 366 nm.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh bagian herba meniran segar (Phyllanthus niruri Linn) yang
diperoleh dari Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung, Propinsi Bali. Herba meniran dikeringkan kemudian diblender sampai
berbentuk serbuk. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian terdiri dari
metanol (p.a), asam asetat anhidrida (p.a), H2SO4 pekat, kloroform (p.a), nheksana (p.a), benzena (p.a), KOH 10%, kalsium
klorida anhidrat, HCl 4 M, kalium bromida, silika GF254, silika G60, akuades.
B. METODE
KERJA
1. Ekstraksi
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Sokletasi
Seberat 1000 g serbuk kering
herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n –heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50
mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
antibakteri.
b. Maserasi
Seberat 1000 g serbuk kering
herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol
dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi
dengan 5 x 50 mL n–heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10
mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
antibakteri.
2. Uji aktivitas
antibakteri
Ekstrak n-heksanaa diuji aktivitasnya terhadap bakteri Eschericia coli danStaphyloccocus aureus dengan tahap – tahap sebagai berikut :
·
Diambil sebanyak satu koloni biakan bakteri Eschericia coli dengan menggunkan jarum ose
yang dilakukan secara aseptis.
·
Dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2 mL Mueller-Hinton broth
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
·
Suspensi bakteri homogen yang telah diinkubasi siap dioleskan pada
permukaan media Mueller-Hinton agar, secara merata dengan menggunakan lidi
kapas yang steril.
·
Kemudian ditempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta
pelarutnya (n-heksana) yang digunakan sebagai kontrol.
·
Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
·
Dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap bakteri.
·
Untuk biakan bakteri Staphyloccocus aureus dilakukan dengan cara yang sama
seperti biakan bakteri Eschericia coli, namun suhunya berbeda yaitu pada suhu 37ºC
Ekstrak yang positif terpenoid
dan paling aktif antibakteri dipisahkan mengunakan kromatografi kolom dengan
fase diam silika gel 60 dan fase gerak kloroform : metanol (3 : 7).
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom diuji fitokimia dan uji
aktivitas antibakteri. Fraksi yang positif terpenoid dan paling aktif
antibakteri dilanjutkan ke tahap pemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis. Isolat yang
relatif murni selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas –
spektroskopi massa.
C. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil ekstraksi dengan cara
sokletasi dan maserasi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana pada kedua cara tersebut positif
mengandung senyawa terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna ungu
setelah ekstrak nheksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji
aktivitas antibakteri terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi memberikan daya hambat yang lebih besar
dibandingkan ekstrak n-heksana hasil maserasi. Terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi dipisahkan mengunakan
kromatografi kolom menghasilkan tiga buah fraksi yang dipaparkan pada Tabel 1.
No
|
Fraksi
|
Jumlah Noda
|
Rf
|
Warna Ekstrak
|
1
|
A
|
1
|
0,725
|
Kuning
|
2
|
B
|
2
|
0,690 dan 0,600
|
Kuning muda
|
3
|
C
|
1
|
0,580
|
Kuning muda
|
Hasil uji fitokimia
menunjukkan bahwa fraksi A dan fraksi C positif terpenoid yaitu memberikan
warna merah muda (positif diterpenoid) pada fraksi A dan warna ungu muda
(positif triterpenoid) pada fraksi C setelah direaksikan dengan pereksi Lieberman-Burchard.
Hasil ini dipaparkan pada Tabel 2.
Nama Fraksi
|
Warna larutan sebelum
direaksikan dengan pereaksi Liberman-Burchad
|
Warna larutan setelah
direaksikan dengan pereaksi Liberman-Burchad
|
Keterangan
|
Fraksi A
|
Kuning
|
Merah muda
|
Positif terpenoid
(diterpenoid)
|
Fraksi B
|
Kuning muda
|
Hijau kebiruan
|
Negative terpenoid (steroid)
|
Fraksi C
|
Kuning muda
|
Ungu muda
|
Positif
terpenoid(triterpenoid)
|
Fraksi yang positif terpenoid
selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri. Dari hasil uji aktivitas
antibakteri fraksi A memberikan daya hambat yang lebih baik sehingga fraksi A
dilanjutkan ke tahap pemurnian. Hasil pemurnian menunjukkan noda tunggal. Hal
ini dapat dikatakan fraksi A relative murni secara KLT. Isolat yang relatif
murni diidentifikasi menggunakan kromatografi gas – spektroskopi massa.
Kromatogram gas fraksi n-heksana positif terpenoid dan aktif
antibakteri yang menunjukkan terdapatnya dua buah puncak dengan waktu retensi
berturut-turut : 25,74 dan 21,93 menit. Berdasarkan data di atas senyawa
tersebut mengandung dua buah senyawa.
Setelah difragmentasi,
struktur phytadiene mengikuti pola fragmentasi
senyawa pada puncak I, dengan demikian senyawa pada puncak I diduga sebagai
senyawa phytadieneberdasarkan data Spektroskopi
Massa, pola fragmentasi dan hubungan antara senyawa puncak I dengan phytol, phytadiene dan dodekane.
Berdasarkan data hasil
penelusuran internet, terdapat struktur senyawa yang memiliki berat molekul m/z
336 dengan gugus dan pola fragmentasi yang memenuhi gugus dan pola fragmentasi
senyawa pada puncak II, senyawa tersebut adalah 1,2-seco-cladiellan.
Berdasarkan data di atas ditarik suatu kesimpulan yaitu senyawa puncak II
diduga sebagai senyawa 1,2–seco–cladiellan, karena struktur
senyawa ini memenuhi pola fragmentasi senyawa puncak II.
D. KESIMPULAN
Penelitian Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Yang Aktif Antibakteri
Pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn) dengan perlakuan awal
ekstraksi, kemudian dipisahkan dengan kromatografi kolom, dimurnikan dengan
kromatografi lapis tipis dan selanjutnya diidentifikasi
menggunakan kromatogafi gas–spektroskopi massa disimpulkan bahwa Herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) mengandung dua senyawa terpenoid yang diduga jenis phytadiene dan
1,2-seco cladiellan.
Dasar
penggunaan pelarut pada metode isolasi terpenoid adalah pelarut yang dipilih
memang harus sesuai dengan mempunyai keefektifan yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa yang diteliti. Kemudian pelarut yang dipilih
juga harus disesuaikan terhadap struktur terpenoidnya sehingga ketika
direaksikan tidak menghilangkan esensi dari struktur terpenoid itu sendiri.
Jangan sampai pelarut yang digunakan bersifat polar, sedangkan senyawa yang
akan diisolasi malah bersifat nonpolar. Selain itu pelarut yang digunakan juga
harus mampu memisahkan senyawa tersebut terhadap senyawa-senyawa lain yang juga
terkandung didalam sampel yang diteliti.
Pada
artikel yang saya ambil teknik yang digunakan adalah maserasi dan sokletasi dan
pelarut yang digunakan pada maserasi adalah methanol sedangkan pada sokletasi
adalah n-heksana. Alasan digunakannya pelarut ini pada teknik yan gtelah
disebutkan tadi adalah karena pada maserasi merupakan penyarian biasa yang
dilakukan berulang-ulang kali dan dibutuhkan pelarut yang sesuai sehingga dapat
melunakkan simplisia. Penggunaan methanol disini karena methanol dapat
melarutkan hampir semua golongan metabolit sekunder. Sedangkan pada sokletasi
kenapa digunakan pelarut n-heksana adaah karena sokletasi sendiri merupakan
proses ekstraksi panas sehingga diperlukan pelarut yang volatil.
3. Lima
reaksi organic dalam biosintesis terpenoid
Secara
umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :
- Pembentukan
isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat-
- Pengganbungan
kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-
dan poli-terpenoid
- Penggabungan
ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa
terpenoid adalah asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan
kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat.
Senyawa
yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol
menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat.
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi Dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase.
IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan
penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk
menghasilkan terpenoid.
Penggabungan
ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom
karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion
pirofosfat yang menghasilkan Geranil pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpenoid.
Penggabungan
selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama
menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua
senyawa seskuiterpenoid. senyawa diterpenoid diturunkan dari Geranil-Geranil
Pirofosffat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP
dengan mekanisme yang sama.
http://icheanindita.blogspot.com/2012/10/biosintesis-terpenoid_3811.html
Mekanisme
reaksi biosintesis terpenoid yaitu :
Biosintesis
triterpenoid
Berdasarkan gambar di atas, Biosintesis Triterpenoid pertama
berasal dari asam asetat yang telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan
kondensasi jenis Claisen yang menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa asam
asetoasetat ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol
sehinnga menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat
dan dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil pirofosfat (IPP) yang
selanjutnya berisomerisasi menjadi Dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh enzim
isomerase. IPP sebagai unit isoprene aktif bergabung secara kepala ke ekor
dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi
isopren untuk menghasilkan terpenoid.
Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap
IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh
penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan Geranil pirofosfat (GPP) yaitu
senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid. Penggabungan selanjutnya
antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama
menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa Triterpen.
Biosintesis triterpenoid
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu biosintesis skualen, siklisasi skualen 2,
3-epoksida dan terakhir reaksi siklisasi enzimatik.
a.
Reaksi biosintesis
skualen
dari
tahapan diatas, dapat dilihat bahwa triterpenoid terbentuk dari dua satuan
farnesil. Disini dapat disimpulkan bahwa farnesil berperan dalam menghasilkan
triterpenoid dalam kuantitas banyak.
b. Reaksi siklisasi skualen 2, 3-epoksida
dalam
reaksi ini, triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6
satuan isopren. Maka, modifikasi struktur skualen juga berpengaruh dalam terbentuknya
senyawa triterpen.
c. Reaksi siklisasi
enzimatik
Gambar
diatas adalah proses siklisasi enzimatik dengan bantuan enzim. Inisiasi
siklisasi oleh Oksigen Molekuler.Simbol E-O2* digunakan
untuk mewakili oksigen “diaktifkan” dengan membentuk kompleks dengan Enzim. Dan
disini, peran enzim juga mempengaruhi terbetuknya triterpen tersebut. Semakin
banyak jumlah enzim, maka kemungkinan semakin banyak senyawa triterpen yang
terbentuk. Pada biosintesis terpenoid ini terdapat reaksi organik seperti
reaksi fosforilasi, eliminasi asam posfat, dekarboksilasi, enzimatis dan
siklisasi.
4.
Hubungan
bioaktivitas terpenoid dengan hormone estrogen dan progesterone
Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok
senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon seks wanita. Walaupun terdapat
baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh lebih
tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon
ini menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga
terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid.
Pada saat menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan
beberapa efek, di antaranya hot
flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang
berlebihan.
Estriol
estradiol
Di dalam tubuh, ketiga jenis estrogen
tersebut dibuat dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat
daritestosteron,
sedangkan estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat
lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita pascamenopause estron ditemukan
lebih banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah
ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen. Zat buatan yang bersifat
seperti estrogen disebut xenoestrogen,
sedangkan bahan alami dari tumbuhan yang memiliki aktivitas seperti estrogen
disebut fitoestrogen.
Yang berperan sebagai hormone laki-laki atau perempuan adalah gugus
fungsi pada senyawa terpenoid berupa terpenoid yang tidak menguap, yaitu
triterpenoid dan steroid. Sedangkan terpenoid yang berperan sebagai hormone
tidak spesifik adalah seskuiterpenoid.
Beberapa steroid
bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon,nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang
berbahaya, seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor
prostat, kelainan koagulasidan gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya payudara pada pria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.
Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa
dan penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh
masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu,
hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau
dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini
ditentukan oleh jenis substituen R1, R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar
karbon. sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada
suatu kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R 1, gugus fungsi
yang terdapat pada substituen R 1, R 2, dan R 3, jumlah serta posisi gugus
fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris
pada kerangka dasar karbon tersebut.
Steroid lain termasuk steroid hormon seperti
kortisol, estrogen, dan testosteron.
Nyatanya, semua hormon steroid terbuat dari
perubahan struktur dasar kimia kolesterol. Saat tentang membuat sebuah molekul
dari pengubahan molekul yang lebih mudah, para ilmuwan menyebutnya sintesis.
Hiperkolesterolemia berarti bahwa kadar kolesterol terlalu tinggi dalam darah.
Kolesterol dapat dibuat secara sintetik. Kolesterol sintetik saat ini mulai
diterapkan dalam teknologi layar lebar (billboard) sebagai alternatif
LCD. Kolesterol adalah jenis lemak yang paling dikenal oleh masyarakat.
Kolesterol merupakan komponen utama pada struktur selaput sel dan merupakan
komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol merupakan bahan perantara untuk
pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin D (untuk membentuk &
mempertahankan tulang yang sehat), hormon seks (contohnya Estrogen &
Testosteron) dan asam empedu (untuk fungsi pencernaan).Pada umumnya lemak tidak
larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak
dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka lemak tersebut harus dibuat larut
dengan cara mengikatkannya pada protein yang larut dalam air. Ikatan antara lemak
(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut
Lipoprotein (dari kata Lipo=lemak, dan protein). Lipoprotein bertugas
mengangkut lemak dari tempat pembentukannya menuju tempat penggunaannya.